Friday, July 26, 2013

Empat Istri



Jika sampeyan tanya siapa orang yang paling kaya dan paling “kuat” di kampung ini, tentu semua orang pasti sepakat Bang Jali lah orangnya. Bagaimana tidak, selain dikenal warga sebagai seorang pengusaha sukses, dia juga dikenal karena sifat dermawannya kepada setiap orang. Namun bukan hanya kekayaan dan kedermawanannya saja yang membuatnya terkenal, jumlah istri dan bagaimana dia memperlakukan mereka pun banyak membuat orang berdecak kagum, dengan empat istri yang dimiliki, tentu ndak sulit untuk membuat Bang Jali menjadi orang terkenal orang di kampungnya.

Dari keempat istri yang ada, istri keempat lah yang paling dicintai oleh Bang Jali, wajar saja karena memang dia adalah istri yang paling muda, paling cantik dan paling menggoda diantara mereka. Meskipun ndak sedikit uang yang ia keluarkan buat istrinya itu, namun sepertinya hal  itu bukan masalah besar baginya, No problem kalo kata orang bule disana. Creambath, manicure, pedicure, dan berbagai produk perawatan lainnya seakan menjadi makanan sehari-hari yang ndak pernah terlewatkan, ndak hanya itu saja, Bang Jali pun kerap menghadiahi istrinya itu dengan berbagai gaun dan perhiasan mahal lainnya. 

Serupa dengan istri keempat, istri ketiga Bang Jali juga memiliki paras cantik nan rupawan. Saking bangganya dengan kecantikan istrinya ini, Bang Jali pun ndak sungkan-sungkan mengenalkan sang istri kepada setiap orang yang ia temui di acara yang ia hadiri. Namun sebenarnya dalam hati ia agak khawatir juga, khawatir jika istri yang ia cintai dan kagumi itu itu jatuh dipelukan laki-laki lain, laki-laki mana yang sanggup menolak wanita secantik istri saya ini, gumamnya dalam hati.

Jika istri keempat dan ketiga memiliki paras cantik , maka lain lagi dengan istri keduanya, memang dia ndak secantik istri ketiga dan keempatnya, namun istri kedua ini orangnya sangat sabar dan sangat pengertian, dia mampu memberikan pertimbangan solusi dari setiap permasalahan yang Bang Jali hadapi, singkat kata, dia mampu menjadi istri sekaligus sebagai seorang konsultan bisnis pada saat yang sama.

Bagaimana dengan istri pertama? Istri pertama Bang Jali sesungguhnya adalah tipe seorang istri yang sangat setia dan penyayang kepada keluarganya, ia mampu merawat dan membesarkan anak-anaknya dengan baik, mampu mengelola harta dan kekayaan yang dimiliki suaminya, ia juga selalu setia mendampingi Bang Jali saat melalui masa-masa sulit dulu, namun sayangnya, nampaknya Bang Jali kurang mencintai istri pertamanya itu, meskipun sang istri ini begitu sayang kepadanya.  

Pada suatu ketika Bang Jali jatuh sakit dan merasa bahwa hidupnya hanya tinggal menunggu waktu, lantas dia pun memanggil dan mengumpulkan keempat istrinya di kamarnya.

“Wahai para istriku, kehidupanku selama ini sungguhlah bahagia bersama kalian, namun sepertinya kebahagianku bersama kalian akan segera berakhir, waktuku kini sudah semakin dekat “ kata Bang Jali pelan

“Kami juga sangat senang dan bahagia bisa menjadi istri engkau, engkau ndak usah risau, kami akan selalu setia menemani dan menunggumu di sini” jawab istri kedua disertai anggukan istri-istri yang lain 

“Namun saat aku meninggal, aku akan kesepian dan sendiri. Aku ndak akan bisa ketemu dengan kalian lagi, maukah kalian nanti menemaniku?” tanya Bang Jali kepada keempat istrinya. Mereka pun tersontak kaget dan saling berpandangan saat mendengar perkataan suami mereka itu.



“Wahai istriku, engkaulah yang paling kucintai, aku berikan engkau perhiasan dan pakaian yang indah, sekarang aku akan mati, maukah engkau menemaniku?” tanya Bang Jali kepada istri keempatnya. Tiba-tiba suasana jadi hening, hanya suara detak jam di dinding saja yang terdengar di ruangan itu.

“Aku memang mencintaimu suamiku, namun jika harus menemanimu disana, tentu saja aku ndak akan mampu, aku lebih memilih hidup disini saja” jawab istri keempatnya sambil berlalu pergi. Bang Jali pun sangat kecewa dengan jawaban istri yang paling dia cinta itu.  Ia telah memberikan apapun yang diminta untuk membuat istrinya itu bahagia, namun nyatanya dia malah pergi ketika saat dia membutuhkan bantuannya. Berharap agar istri yang lain mau menemaninya, Bang Jali pun melanjutkan pertanyaannya kepada istrinya yang ketiga.

“Wahai istriku, aku pun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini hidupku akan segera berakhir, maukah engkau menemaniku?” tanya Bang Jali kepada istri ketiganya

“Hidup sangat indah di sini, tentu saja aku ndak mau, nanti aku akan menikah lagi” jawab sang istri ketiga. Sontak Bang Jali kaget bukan kepalang, hatinya hancur saat mendengar jawaban istri ketiganya itu, lantas ia pun bertanya kepada istri keduanya.

“Wahai istriku,engkau adalah orang yang paling kupercaya, aku selalu minta pendapatmu setiap kali aku mendapat masalah, dan kau pun membantuku sepenuh hati. Kini aku juga butuh bantuanmu, kalau aku mati maukah engkau mendampingiku?” tanya Bang Jali penuh harap kepada istri keduanya.

“Maafkan aku suamiku, kali ini aku ndak bisa membantumu, aku hanya bisa mengantarmu sampai ke liang kubur, tapi aku berjanji nanti aku akan membuatkan makam yang indah buat mu” jawab sang istri

Begitu mendengar jawaban para istrinya yang menolak untuk menemaninya itu, Bang Jali menjadi sangat sedih dan begitu putus asa, lalu kemudian tiba-tiba terdengar suara.

“Aku akan tinggal bersamamu, aku akan menemanimu kemanapun engkau akan pergi, Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan selalu setia kepadamu” kata sumber suara itu

Bang Jali pun menoleh dan mencari dari mana sumber suara itu, ternyata ia mendapati istri pertamanya disana, ia tampak begitu kurus dan lemah fisiknya. Sungguh ia menyesal kenapa selama ini kurang menyanyangi dan memperhatikan istri pertamanya ini, padahal dialah yang paling setia diantara keempat istri yang lainnya.
  
***

Sesungguhnya kita semua mempunyai empat istri dalam hidup ini. Istri keempat adalah tubuh kita. Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Namun kita harus sadar bahwa semua keindahan dan kegagahan itu akan hilang dalam batas waktu dan ruang, semakin tua umur kita maka semakin berkurang pula keindahan dan kegagahan itu, dan akan menjadi ndak bersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

Istri ketiga kita adalah status sosial dan kekayaan yang kita miliki. Kita bisa membanggakan status sosial dan kekayaan semasa hidup, namun setinggi dan sebanyak apapun pangkat dan harta yang kita miliki, semuanya akan kita tinggalkan dalam sekejap saat kita telah tiada. Harta kita akan kita wariskan, begitu juga pangkat dan jabatan yang juga pasti akan berpindah kepada orang lain yang menggantikan kita.

Istri kedua adalah keluarga dan teman kita. Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita ndak akan bisa terus bersama mereka, kita akan meninggalkan mereka saat kita tiada, hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.

Dan sesungguhnya isteri pertama kita adalan jiwa dan amalan kita, hanya amal kita sajalah yang mampu terus mendampingi kemanapun kita akan melangkah, hanya amal kebaikan lah yang bisa memakmurkan hidup manusia di alam akhirat, semakin banyak yang dilakukan di dunia, maka semakin banyak pula teman yang menemani dan menghibur kita nanti disana.


Selagi kita masih mempunyai kesempatan sebelum ajal menjemput kita, marilah kita perlakukan jiwa kita dengan bijak, jangan pernah malu untuk beribadah dan berbuat amal serta memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan. Sekecil apapun bantuan dan pemberian kita tentu menjadi sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Lebih-lebih pada bulan suci Ramadhan seperti saat ini, dimana Allah membuka lebar-lebar pintu rahmat dan pintu ampunan kepada kita semua.
  
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?Surat Al an’am ayat 32

*Sumber :  seorang ustadz yang memberikan ceramah agama selepas shalat tarawih semalam :)

21 comments:

  1. Wonderful story... Terimakasih, Mas Seagate ;) Kita perlu sering2 diingatkan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup benar Nay.. manusia kan memang tempatnya salah dan lupa, termasuk aku juga..:)

      Delete
  2. Bagus banget ceritanya, 'n maknanya. Memang kita sering terlalu serius mikirin urusan duniawi. Pdhl smua urusan duniawi tak ada yg abadi. Cepat ato lambat semua akan hilang pd waktunya. Makasih ya udah diingatkan :)

    eh btw pas baca judulnya, kirain mo mbahas mslh poligami.. hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo cuman liat judulnya aja mungkin mbak Cova dah takut baca duluan, takut jadi korban poligami soalnya :D tenang aja mbak..aku juga belum berani poligami kok :D

      Delete
  3. postingan yg menjadi pengingat.saya kira ngebahas poligami ternyata lebih dari itu :)..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo saya memang belum saatnya bahas poligami yang sesungguhnya :D

      Delete
  4. Kalo si mas yang cerita, jadi asik ya bacanya! hihihi...
    Makasih sudah diingatkan kembali ya mas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kali ini ganti Bang Jali, biar ndak bosen ama Kang Bejo terus hehehe sama-sama ya mbak, makasih juga udah mampir :)

      Delete
  5. sering dapat cerita ini di broadcast BBM nih mas sigit :)
    tapi ga pernah bosen bacanya..makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah aku ndak punya BBM, pantesan baru tau semalam ya :D

      Delete
  6. hihi, kirain tentang poligami, setelah baca sampe tamat ternyata ini kisah yang menyentuh... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata isinya beda dari apa yang diperkirakan ya hehehe

      Delete
  7. "Tumben nih mas Sigit ngobrolin poligami. Apa Mas Sigit mau poligambreng ya?" pikirku, ketika baca sekilas judul di atas. Eee... tak tahunya, setelah aku baca tuntas, makjleebbbbbb....nusuk di hati. Nendang banget pesan ceritanya. Amazing! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe sampe segitunya ya mas..makasih ya mas udah berkunjung :)

      Delete
  8. kirain poligami benaran. sampai mau ancung jempol sama bang jali.

    ReplyDelete
  9. sangat luar biasa setelah di baca panjang lebar :)

    ReplyDelete
  10. ini benar2 jleb.
    tidak ada komentar panjang.

    ReplyDelete
  11. manusia tak pernah luput dari kesalahan dan penyesalan..

    ReplyDelete