Tidak ada momen yang lebih mengesankan dalam hidup ini, kecuali pada saat Allah memutuskan untuk menjadikan saya sebagai seorang ayah, saat penuh luapan emosi dimana perasaan senang, lega, haru bercampur menjadi satu. Bayi mungil yang selama ini kami impikan akhirnya kini menjadi kenyataan dan benar benar ada di hadapan kami. Semua kekhawatiran yang selama ini ada di hati kami, baik selama masa kehamilan maupun persalinan telah berubah menjadi perasaan lega dan bahagia. Alhamdulillah Ya Allah, kini telah tiba waktuku untuk menjadi seorang ayah…:)
“Dedek sayang, nanti kalau mau lahiran pas Ayah di rumah aja ya, kasian tuh mamanya kalau lagi sendirian di rumah“. Kalimat itulah yang sering saya ucapkan ketika “ngobrol” malam dengan calon bayi saya dalam seminggu terakhir sebelum hari kelahirannya. Kekhawatiran saya sungguh sangat beralasan, karena mulai pagi sampai sore hari istri saya hanya seorang diri di rumah.
Sebenarnya masih ada kedua mertua saya, tetapi karena beliau berdua berprofesi sebagai guru, sehingga mereka baru ada di rumah ketika menjelang sore hari. Untuk langkah antisipasi, saya berpesan kepada para tetangga untuk segera menghubungi saya apabila ada sesuatu terjadi pada istri saya, dan sesegera mungkin untuk membawanya ke rumah sakit.
Alhamdulillah atas ijin Allah ternyata si bayi “mendengar“ permintaan saya, pada hari Minggu sore tanggal 21 November 2010, ketika saya di rumah, istri saya mulai merasakan mulas dan kontraksi di perutnya, makin lama intensitas kontraksinya terasa semakin sering dan durasinya pun semakin lama. Akhirnya pada malam itu, kurang lebih pukul 10 malam, kami pun memutuskan untuk segera berangkat ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Perjalanan ke rumah sakit hanya butuh waktu sekitar 15 menit, selain jarak rumah sakit tidak terlalu jauh dari rumah, lalu lintas juga sepi karena memang waktu itu sudah malam. Kami pun sampai di rumah sakit dan segera menuju ke Unit Gawat Darurat. Setelah mendaftar dan mengurus administrasi terlebih dahulu maka kami pun dipersilahkan masuk ke sebuah ruangan pemeriksaan oleh salah seorang perawat, kemudian dia mempersilahkan istri saya untuk berbaring di sebuah tempat tidur untuk menunggu dokter datang. Tidak berapa lama kemudian dokter yang kami tunggu masuk ke dalam ruangan.
“Selamat malam, kenapa ini bu? “ tanya Dokter kepada istri saya.
“Ini Dok, sejak tadi pagi udah berasa kontraksi, makin lama makin sering dan makin lama” jawab istri saya
“Oh gitu..mungkin udah waktunya..ya udah, sekarang Ibu tenang aja, sebentar lagi ibu akan kami pindah ke ruangan sebelah ” dia sambil menunjuk ke sebuah pintu yang bertuliskan ”RUANG BERSALIN”
”Bapak lebih baik segera cari kamar aja, silahkan ke bagian pendaftaran, biar nanti segera dipersiapkan kamarnya buat Ibu” kata dokter sambil memandang ke arah saya
” Iya Dok” jawab saya singkat sembari menganggukkan kepala.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter pun keluar ruangan, sebelum pergi ke bagian pendaftaran saya mencoba membantu istri saya terlebih dahulu untuk turun dari tempat tidur. Baru satu langkah, tiba tiba ada cairan yang merembes keluar dan sedikit menetes di lantai, saya lihat cairan itu agak berwarna kehijau-hijauan.”Wah jangan – jangan ketubannya pecah”, kata saya dalam hati
Seketika itu juga saya langsung bergegas keluar ruangan dan segera memanggil kembali dokter, seorang perawat yang mendengar saya pun langsung bergegas mengikuti dokter.
”Wah ketubannya udah pecah nih” kata perawat kepada kami
”Ketubannya kok warnanya agak berwarna hijau..”
” Ibu suka minum jamu ya? Emang udah berapa minggu usia kehamilannya?” tanya sang perawat.
”Nggak minum jamu kok, usia kehamilan saya udah pas 40 minggu. Emang kenapa sus?” tanya istri saya dengan wajah yang sedikit bingung.
Ketika serius menyimak pembicaraan mereka, tiba-tiba dokter meminta saya untuk kedua kalinya untuk segera pergi ke bagian pendaftaran untuk mencari kamar.
”Bapak segera cari kamar aja sekarang, Ibunya biar kami tangani” kata dokter
Saya pun mengikuti saran dokter dan segera bergegas pergi ke bagian pendaftaran, sepanjang perjalanan kesana, saya bertanya-tanya dalam hati. Kenapa ya ketubannya kok berwarna agak kehijau-hijauan gitu? Bukannya air ketuban itu bening dan tidak berwarna ya? Terus kenapa perawat tadi tanya seperti itu? Apa hubungannya antara kebiasaan minum jamu dan umur kehamilan dengan air ketuban yang berwarna hijau? Pertanyaan pertanyaan itu membuat saya penasaran dan ingin segera menemui kembali perawat untuk menanyakannya pada dokter.
Setelah menyelesaikan prosedur administrasi dan berhasil mendapatkan kamar perawatan, saya pun segera bergegas menuju ke ruang bersalin, disana saya melihat istri saya berbaring di tempat tidur dengan sebuah selang infus terpasang di tangan kanannya, perawat sedang memasang sebuah alat di perut istri saya, saya sendiri tidak tahu apa nama alat itu tapi kemudain saya tahu kalau alat itu berfungsi untuk mengetahui detak jantung si calon bayi dan kekuatan kontraksi yang dirasakan oleh sang ibu.
”Gimana keadaan istri saya sus?” tanya saya cepat kepada perawat
“Istri bapak tadi ketubannya udah pecah pak, dan setelah dilakukan pemeriksaan, sekarang ini sudah pembukaan tiga” jawab perawat
“ Owh gitu, kalau sudah bukaan tiga gini, Kira-kira berapa lama lagi udah siap untuk melahirkan?” tanya saya semakin antusias
”Kalo anak pertama biasanya setiap satu jam tambah satu bukaan pak, jadi kalau bukaannya lancar dan nambah terus, insyaallah kurang lebih 7 jam lagi ibu udah siap untuk proses persalinan” jawab suster
Saya melihat jam tangan saya, waktu menunjukkan jam stengah dua belas malam. Saya menghitung dengan jari..berarti sekitar jam enam pagi perkiraannya, kata saya dalam hati.Tiba tiba saya teringat oleh air ketuban yang berwarna agak kehijauan tadi. Saya pun menanyakannya kepada perawat.
”Oh ya sus, kenapa ya air ketubannya tadi kok agak hijau gitu?” tanya saya kepada perawat
”Kalau ketuban hijau itu karena bayinya udah pup (buang air besar) di dalam pak”jawab sang perawat
”Kok bisa? Gimana maksudnya sus?” tanya saya kembali makin penasaran
Kemudian perawat pun menjelaskan kepada saya bahwa ketuban yang berwarna hijau itu berasal dari produk sisa pencernaan bayi yang berada dalam ususnya. Sisa pencernaan itu biasa disebut meconium. Kenapa kok hijau? karena memang pewarnaan hijau yang berasal dari hasil pencernaan bayi yang disebabkan oleh empedu bayi. Meconium ini seharusnya tidak keluar secara langsung tetapi diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh bayi. Baru setelah bayi lahir, keluar sebagai buang air besar. Jadi meconium ini seharusnya tidak dikeluarkan saat bayi masih di dalam rahim ibu.
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa bayi sampai mengeluarkan buang air besar padahal masih dalam kandungan?Dari beberapa artikel yang saya baca di internet, ternyata ada beberapa penyebab. Penyebab pertama adalah karena umur bayi yang sudah lewat bulan dimana usia kehamilannya lebih dari 40 minggu. Bayi yang lewat bulan fungsi saluran cernanya sudah matang sehingga bersiap mengeluarkan meconium dan menyebabkan air ketuban berwarna hijau.
Penyebab kedua adalah karena adanya gangguan pada tali pusat bayi. Bayi selama dalam kandungan mendapat suplai oksigen dan makanan dari ibunya yang dibawa oleh darah melalui tali pusat. Segala bentuk gangguan yang terjadi pada tali pusat yang mengganggu aliran darah akan berakibat fatal bagi bayi. Gangguan tersebut misalnya ada lilitan tali pusat atau tali pusat terjepit oleh bagian tubuh bayi, hal ini mengakibatkan bayi akan kekurangan oksigen dan makanan. Bila bayi kekurangan oksigen maka anusnya akan terbuka atau otot yang mengatur penutupan anus akan melemah dan terbuka, sehingga terjadi meconium yang akan mengotori air ketuban.
Kurang lebih pukul 12 malam, setelah dilakukan pemeriksaan, istri saya dipindahkan ke sebuah ruangan terpisah untuk menunggu bertambahnya pembukaan. Ruangan itu cukup besar dengan sebuah sofa di samping tempat tidur, ada juga televisi yang dipasang tepat menghadap tempat tidur. Melihat istri yang terus menerus merasakan kontraksi, I got the feeling, that night would gonna be long night. Maka malam itu benar-benar menjadi malam yang panjang, istri saya terus menerus merasakan kontraksi tiap 5-10 menit sekali. Saya berada di sampingnya dan mengusap ngusap punggungnya ketika kontraksi datang, dan hal itu terjadi terus menerus hingga subuh. Kurang lebih pukul lima pagi, perawat kembali mengecek kondisi pembukaan, apakah ada perubahan atau tidak, dan alangkah terkejutnya kami ketika perawat mengatakan bahwa pembukaan tidak ada kemajuan sama sekali, masih tetep bukaan tiga, sama seperti 6 jam yang lalu :(
Keadaan itu membuat saya sedikit khawatir, seharusnya pembukaan itu makin bertambah seiring dengan kontraksi yang terus menerus sejak semalam. Setelah berkonsultasi, dokter memutuskan untuk menunggu sampai tiga jam lagi untuk menentukan apa tindakan selanjutnya yang akan diambil. Perawat mengatakan bahwa ketuban istri yang sudah pecah dan berwarna hijau itu dikhawatirkan akan membahayakan bayi. Apabila terlalu lama dikhawatirkan bayi dapat terkena Meconium Aspiration Syndrome, yaitu kondisi di mana meconium terhisap oleh bayi pada saat lahir dan masuk ke paru-paru yang menyebabkan infeksi pada tubuh bayi.
Selama menunggu tiga jam itu, Istri saya masih terus menerus merasakan kontraksi, saya berusaha menguatkannya untuk tetap bersabar, kondisi fisiknya semakin terlihat lemah.
Pada pukul setengah delapan pagi perawat kembali memeriksa detak jantung bayi dan kondisi bukaan istri saya, saya harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan, saya terus berdoa dalam hati, semoga bukaanya bertambah dan istri saya melakukan persalinan secara normal, tetapi ternyata Allah berkehendak lain, perawat mengatakan bahwa tidak ada perubahan sama sekali, masih dan kemungkinan besar harus segera di operasi.
“Nggak di coba induksi dulu sus, barangkali masih bisa diusahakan untuk lahiran normal?” tanya saya kepada perawat. Perawat mengambil selembar kertas yang berisi gambar beberapa buah grafik hasil pemeriksaan.
“Dari grafik ini pak, sepertinya si bayi tidak terpengaruh oleh kontraksi si Ibu,seharusnya kalau ibunya kontraksi maka detak jantung bayi semakin bertambah juga. Mungkin kalau istilah awamnya “bayinya nggak ngajak”
“Kalau kondisi seperti ini induksi tidak bisa dilakukan, lagian kasian bayinya, takut infeksi kalo kelamaan di dalam, ketubannya berwarna hijau kan kemarin” jelas sang perawat.
Dengan pertimbangan keselamatan si bayi, dokter menyarankan untuk segera di lakukan operasi. Awalnya saya berkeinginan agar dokter bisa mengusahakan untuk persalinan normal, tapi setelah mendapat penjelasan lebih detail tentang kondisi si bayi, akhirnya saya menyetujui saran dokter. Saya pun diminta untuk mengisi dan menandatangani surat persetujuan tindakan operasi di bagian administrasi pasien. Setelah semuanya siap, istri saya kemudian segera dibawa ke ruang operasi. Sayangnya, selama operasi saya harus menunggu diluar karena pihak rumah sakit tidak memperbolehkan keluarga pasien untuk masuk ke ruang operasi.
Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, seorang perawat keluar dari dalam ruangan dengan sedikit berteriak”Keluarga Ibu Nelly...”. Seketika itu juga saya langsung beranjak dari tempat duduk dan mendatangi perawat.
”Iya sus, saya suaminya..gimana keadaan istri saya?” tanya saya dengan cemas.
”Alhamdulillah udah selesai pak operasinya, sementara bapak bisa lihat bayinya dulu, Ibunya masih di dalam” jawab perawat
Saya pun dipersilahkan masuk ke dalam ruangan dan diminta untuk memakai baju khusus dan mencuci tangan terlebih dahulu, setelah beberapa lama perawat pun keluar dengan membawa seorang bayi mungil yang di letakkan di sebuah box kaca.
Subhanallah..Alhamdulillah..saya tak henti-hentinya mengucap syukur ketika melihat wajah anak saya untuk pertama kalinya, terlebih lagi ketika saya lihat tidak ada kekurangan fisik apapun, lahir dengan berat 3,2 kg membuat pipinya terlihat sangat tembem sehingga membuat saya tidak sabar untuk segera menciumnya J
”Ini pak anaknya, laki-laki,..silahkan di adzani terlebih dahulu” kata Perawat kepada saya s
Saya pun segera mengambil posisi memiringkan badan untuk mendekatkan ke telinganya, Subhanallah ..baru mulai adzan, anak saya tiba-tiba langsung menoleh dan menatap mata saya, tatapan mata itu membuat saya tak kuasa menahan air mata, dan membuat suara adzan saya terdengar pelan dan bebrapa kali berhenti untuk bebrapa saat. Setelah adzan selesai, perawat pun mengambil kembali anak saya dan akan segera dipindahkan ke kamar perawatan bayi, saya pun segera keluar ruangan untuk memberitahu kedua orang tua saya yang di Surabaya. Horreeee.. I’m a real Daddy now :)
Nizam Mumtaz Putra Sigit, itulah nama yang saya berikan kepada anak saya. Kata ”Nizam” berasal dari bahasa arab yang artinya ”Pemimpin”, dan kata ”Mumtaz” juga berasal dari bahasa arab yang berarti ”Istimewa”. Jadi dengan memberikan nama itu kami berharap kelak dia bisa menjadi seorang pemimpin yang istimewa khususnya bagi istri, anak dan seluruh keturunannya kelak, dan terlebih lagi bisa menjadi seorang pemimpin negara yang di cintai rakyatnya...Amiinnnnn :)
Anakku,
Ayahmu bukanlah orang yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya.
Tapi Aku akan berusaha sekeras jiwa dan sekuat raga untuk menjamin engkau mendapatkan yang terbaik yang Ayah bisa.
Ayah mu bukan pula seorang yang kaya raya hingga dapat memuaskan keinginan duniawi mu.
Tapi ayah punya hati, punya semangat dan punya banyak hal yang telah Ayah persiapkan untuk membawamu ke kehidupan yang lebih baik.
Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun, waj’alna lil muttaqina imama…Ya Allah ya tuhan kami, karuniakan kepada kami istrii dan anak keturunan kami sebagai kesenangan / penyejuk mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Amiinnn
.
Notes : tulisan ini diikutsertakan dalam kontes blog tentang pengalaman pertama yang diadakan oleh Mbak Una. Semoga pengalaman pertama saya menjadi seorang ayah bisa meramaikan kontes, syukur syukur bisa jadi pemenang ya mbak :)
semoga ia menjadi anak yg shaleh..qurratun a'yun si penyejuk mata..amien ya rabb..
ReplyDeleteAmiinn ya robbal 'alamin..makasih tia atas doanya :)
ReplyDeletebaca post yang ini kok aku melok deg2an git...
ReplyDeletebapak'e kalah nggantheng..hehe
semoga Nizam sehat selalu
lain kali nek arep komentar tulis jenengmu ya tok, untung aku ngerti sik hehehe
ReplyDeleteAmin..matur suwun atas doanya, aku doain semoga anakmu nanti bisa lahir dengan selamat, bayi sehat ibunya juga sehat..amin :)
makasih dah mampir :)
Wahhh alhamdulillah gak kenapa-kenapa~ hihi lucunya Nizam.
ReplyDeleteMakasih yaaa mass partisipasinya, segera kucatat. :DD
Oh ya maaf, belum pasang linkku di sini, huehehehe... :)
ReplyDeleteSudah aku pasang linknya di akhir tulisan mbak, semoga bener seperti itu ya:)
ReplyDeleteSorii baru balasss, seharian sekolah, huehehe.
ReplyDeleteItu udah bisa, sip mas. Makasih yaaa :)
selamat jadi ayah ya, mas....
ReplyDeleteSalam saya buat Adek Nizam, lucu bangeeetttt....pengen nyubit pipinya, hehehe :)
Wah, saya baca ini sambil ikut2an tegang ...
ReplyDeleteg tw knapa, Tertarik untuk baca postingan hampir setahun lalu ini..
Nizamnya udah setaun lebih ya ? :) pastii tambah pinter + lucuu... :D