Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
manusia memiliki hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia sejak mereka
dilahirkan, hak dasar itu seperti hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak untuk
memilih agama, hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk mendapatkan penghidupan
yang layak, serta hak-hak dasar lain yang dimiliki manusia sesuai dengan
kodratnya, hak-hak dasar ini biasa kita kenal dengan sebutan “Hak Asasi Manusia
“atau biasa disingkat dengan sebutan HAM. Setiap orang di dunia ini, tanpa
terkecuali, wajib menghormati hak asasi orang lain itu tanpa membedakan status
sosial, golongan, keturunan, jabatan dan lain sebagainya.
Ngomongin tentang HAM, saya jadi
teringat dengan berita yang saya baca di salah satu media online beberapa waktu
yang lalu, berita tentang dipanggilnya Gubernur DKI Jakarta, Jokowi, oleh
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) terkait dengan rencana Pemprov
DKI untuk merevitaliasi Waduk Pluit di Jakarta. Berbekal pengaduan masyarakat,
Komnas HAM menyatakan ada indikasi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Pemprov
DKI dalam proses pembangunan ini, apapun alasannya, seharusnya pembangunan itu
harus mensejahterakan rakyat, bukan malah merampas hak warga untuk mendapat
penghidupan yang layak seperti itu. Selain itu, Komnas HAM juga menganggap ada intimidasi
dari aparat pemprov DKI yang membuat warga berada dalam situasi yang ndak nyaman
dan hidup dalam ketakutan.(berita selengkapnya bisa sampeyan baca disini)
“Kalo itu sih Komnas HAM nya aja
yang geblek mas, ngakunya orang pinter tapi malah keblinger“ komentar Kang Bejo
saat menikmati sarapan pagi di warteg langganan kami
“Walahh…yang keblinger apanya toh
Kang?Komnas HAM itu kan hanya menindaklanjuti laporan warga yang merasa
dirugikan aja, lagipula itu kan emang udah jadi tugas dan tanggung jawab
mereka, jadi ya wajar toh kalo mereka ikut berkomentar di media mengenai
masalah ini,” jawab saya sambil menikmati segelas teh hangat di meja
“Iya, tapi kan semestinya mereka
ndak menelan bulat-bulat informasi dari warga itu mas, coba cari informasi lain
terlebih dulu lah sebelum mengatakan kalau ada indikasi pelanggaran HAM,
tuduhan kayak gitu kan ndak main-main mas” jawab Kang Bejo serius
“Memang bener bahwa setiap orang
di negeri ini punya hak untuk hidup sejahtera, memang bener bahwa setiap orang
berhak untuk mendapatkan keamanan, tapi itu bukan berarti mereka bisa seenak
udel mereka sendiri menikmati hak-hak itu mas” lanjut Kang Bejo lagi
“Maksud sampeyan gimana toh Kang?kok
jadi bingung sendiri saya dengernya” tanya saya penasaran
“Gini loh mas, dari awal kan
sebenarnya warga itu tau kalo tanah di Waduk Pluit itu tanah milik negara, tapi
masih aja mereka tetap nekat bangun rumah disana, apa mereka ndak nyadar kalo
akibat ulah mereka itu malah bikin susah orang se-Jakarta?” jawab Kang Bejo
berapi-api
“Jadi menurut sampeyan dari awal
mereka itu udah salah Kang?” tanya saya
“Ya jelas lah itu mas, masak ya
orang yang nyerobot tanah negara dibilang bener, tapi anehnya udah tau kayak gitu kok
Komnas HAM masih belain mereka, apa ndak malah keblinger itu namanya?” jawab
Kang Bejo makin bersemangat
“Hehehe mungkin orang Komnas HAM
itu masih belum paham masalah disana Kang, makanya mereka mau ketemu sama Jokowi
untuk klarifikasi bener atau ndaknya hal itu” jawab saya
“Halah, paling-paling mereka udah
dikasih duit mas, makanya kesannya ngotot banget belain orang-orang yang udah jelas-jelas
salah kayak gitu” jawab Kang Bejo nyinyir
“Hush, ndak boleh suudzon kayak
gitu Kang” jawab saya sambil tersenyum
Kalau dicermati secara seksama
ternyata ada benernya juga omongan kawan saya yang satu ini, dilihat dari
fungsinya, Waduk Pluit memang memegang peranan yang sangat penting bagi
masyarakat Jakarta, sejak dulu waduk ini berfungsi sebagai tandon air yang
menampung air saat hujan melanda ibu kota, namun nyatanya kondisi waduk saat
ini sangatlah memprihatinkan, bayangkan saja, waduk yang awalnya seluas kurang
lebih 80 hektare dengan kedalaman sepuluh meter kini hanya menjadi 60 hektare
dengan kedalaman hanya antara satu hingga tiga meter saja, pendangkalan dan
penyempitan ini terjadi disinyalir akibat banyaknya tumpukan sampah dan bangunan-bangunan
liar yang ada di sekitar waduk. Selain kotor dan kumuh, sampah dan bangunan itu
juga menyebabkan berkurangnya daya tampung air secara signifikan, akibatnya sebagian
besar kawasan Jakarta kerap dilanda banjir saat hujan deras mengguyur.
Seperti pada banjir besar yang
melanda Jakarta pada bulan Januari kemarin misalnya, selain menelan korban
jiwa, banjir juga menyebabkan kerugian materi yang jumlahnya ndak sedikit, ribuan
orang terpaksa harus meninggalkan rumah dan menjadi pengungsi. Sebagai duet
baru pemimpin Jakarta, banjir besar ini seakan menjadi tamparan keras bagi
Jokowi – Ahok yang baru dilantik, tentu saja mereka belum lupa akan janji yang
mereka ucapkan saat kampanye dulu, mewujudkan Jakarta Baru, Jakarta yang
terbebas dari banjir. Oleh karena itu, begitu banjir surut, keduanya langsung
tancap gas dan bertekad bisa membebaskan Jakarta dari banjir, salah satunya ya
dengan mengembalikan fungsi waduk pluit seperti semula, lumpur dan tanah yang
menutupi waduk harus terus-menerus dikeruk, begitupun juga dengan
bangunan-bangunan ilegal disekitar waduk juga harus segera di pindahkan.
Tentu saja sangat disayangkan jika
sikap Komnas HAM ternyata malah membela warga yang jelas-jelas menyerobot tanah
negara itu, apalagi alasan mereka atas terjadinya pelanggaran hak kesejahteraan
warga juga ndak masuk akal, bukankah Jokowi - Ahok telah menyatakan bagi warga
yang secara sukarela pindah akan diberikan rumah susun sewa lengkap dengan
perabot didalamnya? Terus hak kesejahteraan mana yang dilanggar? tentunya lain
cerita jika seandainya Jokowi-Ahok melakukan penggusuran paksa kepada warga
dengan tanpa memberikan solusi, meskipun sebenarnya sah-sah saja jika mereka
bertindak seperti itu karena faktanya warga memang telah jelas-jelas menempati
tanah negara secara ilegal.
Sebagai pengawal tegaknya Hak
Asasi Manusia di negeri ini, semestinya Komnas HAM bertindak profesional dan
ndak bertindak gegabah dalam menyikapi kasus ini, saya mengapresiasi Komnas HAM
yang akhirnya melunak dan mendukung langkah Pemprov DKI setelah mereka berdialog
dengan Jokowi, kedua belah pihak juga menyatakan telah sepakat akan
berkoordinasi dan bertukar data dalam rangka penyelesaian kisruh di waduk pluit
ini. (berita selengkapnya bisa sampeyan baca disini)
Hendaknya kasus ini menjadi
pembelajaran bagi kita semua, bahwa memang benar setiap orang wajib menghormati
dan menjunjung tinggi hak orang lain, tapi kita juga harus ingat, hak asasi itu
juga harus ditempatkan pada porsi yang sebenarnya, yaitu bahwa siapapun yang
salah itu ndak patut dibela dan pihak yang benar harus terus didukung.
“Yuk balik dulu Kang, udah siang
nih” ajak saya kepada Kang Bejo
“Tapi bayarin dulu ya mas sarapan
saya” pinta Kang Bejo kepada saya
“Ah sampeyan ini kebiasaan minta
dibayarin mulu Kang” jawab saya
“Lohh..ndak mau? ntar malah tak
laporin ke Komnas HAM lho” kata Kang Bejo
“Loh kok?” tanya saya kebingungan
“Sampeyan kan melanggar hak asasi
saya “ jawab Kang Bejo lagi
“Hah? hak asasi yang mana Kang??”
tanya saya keheranan
“Hak asasi untuk ngutang” jawab
Kang Bejo sambil meringis
Jiahhhh…

MGK SAYA juga gak banyak tahu ttg Komnas HAM, tp sepertinya mmg tak jarang tindakan Komnas HAM tdk mengakomodasi semua kepentingan, bahkan justru berpihak pd yg 'seolah-olah' tertindas.
ReplyDeleteSenada dengan kasus dan dilema di waduk pluit, beberapa waktu lalu ada seorang tenaga pengajar yg berkeluh kesah juga ttg sikap komnas HAm yg mempermasalahkan keputusan sekolah mengeluarkan murid yg melakukan tindakan diluar normatif. Menurut Komnas itu melanggar HAk mendapatkan pendidikan bagi semua warga negara?
Pertanyaannya, lha jk si siswa X tersebut ttp saja dbiarkan bisa sekolah, lantas bagaimana stigma dan pola pikir siswa dan murd yang jumlahnya lbh banyak itu? BUkankah populasi yg lbh besar akan mulai mkir2: oooo...trnyta oke-oke saja tuh berbuat asusila, gak ada sanksi apa-apa. Ttp bisa sekolah sama-sama spt yg lannya.
seperti tidak murni menjalankan tugasnya ya mbak Rie..
Deletekadang (menurut pengamatanku lewat media) hanya mencari nama saja, memilih kasus yang booming...
kasus yang penting lainnya malah terabaikan..
BEnar sekali dan topik HAM ini memang sangat sensitif karena bisa dikait kaitkan kemana mana, apalagi sampai ke ranah politik antar bangsa. Indonesia kena embargo senjata juga dikarenakan alasan HAM yang selalu dihembus hembuskan pihak barat kepada kita. Serba salah memamg, dan sarat dengan muatan politik
Deletehehe... saya juga miris kalo bicara soal risiko. aparat suka ngasal, soalnya
DeleteBerani bela yang benar apa bela yang bayar?
DeleteNumpang baca ya, Mas Sigit...
ReplyDeleteMonggo silahkan Mbak Isti, di enak-enakin bacanya, anggap aja rumah sendiri
Deleteaku kmrn udah mampir kesini, tp belum sempet komen. Jd balik lg kesini ah.. hehe
ReplyDeleteBanyak org berkoar2 atas nama hak asasi manusia, pdhl sbnrnya melindungi kepentingannya sndri, ga mikir bener opo salah, dan gimana dampaknya bagi lingkungan.
"sing penting uripku enak,ndak perlu mikir org lain" gitu kali mbak mereka mikirnya
Deleteemang lucu juga sih liat berita tentang waduk Pluit ini, bukan berarti saya ga kasian sama masyarakat di sana, tapi sudah jelas masyarakat yang salah karna menggunakan lahan negara, tapi mereka malah ngotot, malah merasa dizalimi..padahal udah baik banget loh Pak Jokowi dan Ahok, ngasih rumah susun sewa... ga maen gusur gitu aja..
ReplyDeleteGitu aja masih dilaporin ke Komnas HAM, apalagi langsung main gusur aja tanpa di beri solusi? bisa lapor ke PBB kali yak
Delete